Jumat, 29 Agustus 2008

Mengatasi Bau Mulut Saat Puasa

Menahan rasa lapar dan dahaga dari terbit fajar hingga terbenamnya mentari,
bukan perkara mudah. Dan pada saat menjalankan ibadah puasa, seringkali
muncul pertanyaan, mengapa mulut sering mengeluarkan bau kurang sedap?
Mungkinkah berpuasa tanpa bau mulut?

Puasa di bulan Ramadhan, bagi umat Islam memberikan nikmat dan manfaat
rohani yang tak terkira. Bahkan sejumlah penelitian membuktikan, puasa
memberikan banyak sekali manfaatnya bagi kesehatan jasmani. Berpuasa, akan
memberi kesempatan pada organ pencernaan untuk beristirahat, sehingga organ
itu bisa dibersihkan dan membentuk zat-zat baru yang dibutuhkan tubuh.

Proses pembersihan dan pelepasan racun dari usus, ginjal, kandung kemih,
paru-paru, serta kulit, juga lebih meningkat saat berpuasa. Jadi, jangan
heran jika setelah berpuasa selama sebulan, Anda merasa lebih fit, sehat dan
bugar. Namun, bagi mereka yang tetap aktif bekerja dan berhubungan dengan
banyak orang selama bulan Ramadhan, ada satu hal yang kerap dicemaskan.
Apalagi kalau bukan masalah bau mulut (halitosis). Bau mulut memang terjadi
tidak hanya saat berpuasa, dalam kesehatan pun keluhan ini sering muncul.
Penyebabnya tidak hanya penyakit di dalam mulut, sesuatu penyakit yang
bersarang di luar wilayah mulut pun bisa saja menimbulkan halitosis.

Beberapa faktor yang dapat memicu halitosis antara lain karena pemeliharaan
gigi yang tidak sempurna. Kebiasaan buruk yang sering terjadi adalah jarang
membersihkan gigi setelah makan. Selain itu, kondisi sikat gigi yang sudah
rusak atau mekar, akan sulit menyapu sisa makanan dari sela gigi secara
sempurna. Akibatnya, sisa makanan tersebut membusuk sehingga sedikit demi
sedikit mengakibatkan proses infeksi dalam rongga mulut.

"Mahkota gigi serta jaringan yang berada di dalamnya yaitu jaringan syaraf,
pembuluh darah kapiler dan pembuluh getah bening, mudah terinfeksi kuman.
Hal ini menyebabkan kerusakan jaringan gigi. Akibatnya, antara lain gigi
berlubang dan bau mulut," kata dr Gunarso, DDS, Ph.D.

Untuk mengetahui kerusakan pada gigi seperti adanya karies, kata Gunarso,
dapat menggunakan intra oral camera. Dengan alat ini, dapat terlihat secara
jelas apakah ada lubang kecil di sekitar gigi. Karena biasanya, dalam lubang
yang kecil itu terdapat sebuah gua yang dapat menyimpan sisa makanan. Sisa
makanan yang tertinggal dalam lubang itu biasanya ditumbuhi kuman baik yang
aerob maupun anaerob. Selain gigi, kondisi gusi yang kurang sehat dapat
menyebabkan halitosis. Yang sering dijumpai adalah infeksi pada gusi
(gingivitis). Dimana, gusi menjadi merah, permukaannya tidk licin, bengkak
dan perkatannya pada permukaan gigi menjadi kurang baik.

Faktor pemicu lain yanag dapat menyebabkan bau mulut adalah xerostomia.
Kelainan ini ditandai dengan mulut menjadi kering, air liur menjadi lebih
kental dan sering merasa harus membasahi kerongkongan. Pada umumnya,
xerostomia terjadi pada kondisi stres, dehidrasi, usia lanjut, pemakaian
radioterapi (penyinaran dengan radio aktif) dan pemakaian obat-obatan yang
mengandung alkohol serta obat-obatan antidepresan, antiasma dan antihistamin
(antialergi).

Selain kelainan gigi dan gusi, adanya penyakit yang lebih serius bisa juga
menyebabkan bau mulut, mislnya gangguan pecernaan, sinusitis, infeksi
amandel, bahkan kanker, diabetes, brinchitis kronis, gangguan hatu serta
ginjal. Jika problem bau mulut ini munculsecera tiba-tiba, keluhan memburuk
dalam waktu beberapa hari atau beberapa minggu, atau diiringi dengan demam,
batuk atau gejala lain, sebaiknya segera memerikskan diri ke dokter." Bau
mulut sebenarnya merupakan suatu sinyal adanya suatu penyakit yang lebih
kronis," katanya.

Bau mulut juga bisa terjadi karena pengaruh makanan. "Misalnya jika kita
menyantap makanan yang memiliki bau khas, sehingga bau makanan tersebut
berakibat pada udara yang dihembuskan. Pada kasus ini, mula-mula makanan
diserap oleh pembuluh darah yang masuk ke dalam paru-paru, kemudian
di-ekskresikan (dikeluarkan) dalam bentuk udara yang kita hembusan,"
ujarnya.

Beberapa jenis makanan tertentu, seperti bawang putih, petai, jengkol,
alkohol atau rokok bisa memicu bau mulut. Apalagi kalau sering merokok,
mulut akan mengeluarkan bau khas.

Rongga mulut yang dilengkapi kurang lebih 32 gigi sebenarnya marupakan
tempat subur pertumbuhan kuman. Rongga mulut terjamah oleh makanan dan
minuman hampir setiap hari. Sisa makanan bersama-sama dengan air liur dan
bakteri akan memicu terjadinya endapan plak, yaitu endapan lunak transparan
yang menempel pada permukaan gigi.

Plak akan menjadi cikal bakal terjadinya gigi berlubang daan menjadi tong
sampah bagi sisa makanan yang menebarkan bau mulut. Namun, sebagian besar
bau mulut disebabkan adanya kumpulan bakteri penghasil senyawa sulfur. Yaitu
hydrogen sulfide dan methyl mercaptan, yang bersarang di belakang rongga
mulut.

Bila dikaitkan dengan puasa, bau mulut disebabkan oleh berkurangnya produksi
air liur (saliva) karena berkurangnya rangsangan makanan yang masuk."Bau
mulut ketika puasa terjadi karena kekeringan pada mulut akibat berkurangnya
air ludah. Karena saliva berkurang, bakteri dalam mulut menjadi lebih banyak
sehingga menyebabkan bau mulut," kata Gunadi.
 
Salam,