Kamis, 04 September 2008

Minum Obat Saat Puasa

Berbagai persiapan baik lahir maupun batin telah mulai kita lakukan menyambut datangnya Ramadhan, bulan penuh berkah dan kebahagiaan ini. Tak terkecuali bagi individu-individu yang memiliki sedikit kekurangan, yakni yang memiliki penyakit kronis degeneratif (menahun dan berhubungan dengan penurunan fungsi fisiologi/kerja tubuh normal). Bagaimana menyikapi harus mengkonsumsi obat di saat kita juga ingin tetap menjalankan kewajiban puasa. Begitu pula, bagi individu yang kebetulan saja di saat bulan puasa, diberi penyakit yang bersifat simtomatis?

Penyakit kronis seperti diabetes mellitus, asma, hipertensi, maag, rematik dan gout (kelebihan asam urat), angina pectoris, dan masih banyak lainnya yang mulai banyak diderita oleh sebagian besar penduduk dunia, makin meningkat hari ke hari. Namun bukan berarti penyakit-penyakit tersebut akan menghentikan kebahagiaan kita karena berpuasa di bulan Ramadhan. Walaupun kita harus terus mengkonsumsi obat, karena memang penyakit-penyakit jenis degeneratif ini tidak akan sembuh, hanya dapat dijaga agar tidak kambuh, atau kalaupun kambuh masih bisa diturunkan keparahannya.

Ada beberapa kiat untuk  mensiasati keadaan tsb :

Puasa pada dasarnya adalah memindahkan jam makan, maka penggunaan obat di saat puasa juga mempertimbangkan hal ini. Kemajuan di bidang teknologi formulasi obat sangat membantu kita menjalani puasa yang nyaman walau tetap minum obat. Banyak obat yang dibuat dengan bentuk sediaan long acting yang dapat dikonsumsi cukup 1 atau bahkan 2 kali sehari saja. Obat-obat ini biasanya menggunakan nama : Long Acting, Sustained Released (pelepasan terkontrol), Slow Released (lepas lambat produk). Obat-obat dengan nama LA atau SR adalah tepat digunakan saat puasa, karena obat bekerja secara terprogram ada yang tiap 12 jam sekali baru minum lagi, bahkan ada yang sekali untuk 24 jam. Jadi pilihlah sediaan jenis LA atau SR ini, atau mintalah kepada dokter obat jenis ini dengan mengemukakan alasan kita sedang menjalankan puasa. Mulai obat maag hingga obat jantung, hipertensi, semua sudah dipasarkan dalam bentuk ini.

Bila obat harus diminum tiap 12 jam, minumlah obat saat sahur dan buka puasa, atau lebih aman pilihlah yang cukup 1 obat untuk 24 jam, sehingga hanya perlu minum obat satu kali sehari. Contohnya : Mylanta 24 jam, glipizid untuk diabetes mellitus/DM, Claritin SR untuk asma alergi.

Kapan saat tepat minum obat?

Tergantung banyak hal, terutama keadaan penyakit dan jenis obat.

Contohnya :

a.  Pada penderita DM kalau harus mengkonsumsi obat/menyuntik insulin, lakukan pada saat buka puasa. Jangan sekali-kali minum obat antidiabetika oral atau suntikan insulin saat sahur, karena di siang hari saat obat bekerja menurunkan kadar gula darah tubuh, karena siang kita tidak makan/tak ada masukan karbohidrat, maka akan muncul keadaan hipoglikemia. Hipoglikemia adalah kondisi di mana kadar gula darah tubuh jauh di bawah normal, akibatnya koma dan bahkan kematian mendadak.

b.  Penderita gangguan lambung kronis, minum obat setidaknya 2 kali sehari, yakni sebelum sahur dan saat menjelang tidur. Hal ini untuk menjaga keadaan lambung yang kosong saat puasa dan tidur, agar peningkatan HCl lambung diimbangi oleh adanya obat maag dalam lambung tsb.

c. Penderita hipertensi yang diresepi obat jenis ACE inhibitor (captopril, ramipril, dll) minum obat saat buka puasa, karena untuk menjaga munculnya efek samping batuk. Obat-obat jenis ini memunculkan batuk non produktif, sehingga harapannya jika muncul batuk init oh saat buka puasa hingga malam kita masih bias minum karena saat batuk akan makin tersiksa bila kita tidak minum air yang banyak. Atau kalau masih ada pilihan obat yang lain mintalah dokter untuk memberikan jenis lainnya contohnya golongan beta bloker, kalsium antagonis, alfa adrenergic, dll yang masih cukup efektih untuk hipertensi.

d. Bagi yang harus minum antibiotic, mintalah jenis yang cukup diminum 2 kali atau bahkan satu kali sehari saja sehingga saat sahur dan buka dapat digunakan untuk minum obat. Contohnya jenis antibiotic cotrimoksasol, cefaklor dan siprofloksasin, ofloksasin, cukup diminum 2 kali sehari.Sipro dan ofloksasin bahkan bisa diminum cukup satu kali sehari tergantung jenis infeksinya.

Bagi penderita infeksi saluran kemih/ISK selain antibiotic, hal penting lain adalah masukan air yang cukup atau bahkan berlebih. Usahakan saat sahur dan habis tarawih banyak minum air putih untuk menjaga kecukupan air agar bakteri mudah dikeluarkan lewat urin namun tubuh juga tidak lemas. Baik juga minum elektrolit, baik yang dibuat sendiri maupun di jual di pasaran. Elektrolit buatan sendiri adalah larutan gula garam sederhana.

Bagi yang biasa mengkonsumsi vitamin B kompleks (missal pada penderita gangguan saraf), jangan mengkonsumsi vitamin tsb saat sahur, karena akan memicu giatnya koenzim pencernaan sehingga membuat mudah kosong lambung, akibatnya mudah lapar. Begitu pula yg hobi minum vitamin, sebaiknya hindari multivitamin mengandung vitamin B kompleks dan vitamin C megadosis. Vitamin C megadosis membutuhkan banyak air untuk dibersihkan/dieliminasi oleh ginjal, sementara dalam keadaan puasa jelas masukan cairan ke tubuh sangat minim, akibatnya memperberat kerja ginjal. Selain itu vitamin C dosis tinggi dalam ginjal akan memicu pembentukan kalsium oksalat, fosfat dan urat yang akan menimbulkan gangguan ginjal (batu ginjal). (sumber : missonline)

Salam,